20081221

Bedah Pelastik (Tinjauan Hadis Nabi Saw)

PENDAHULUAN
Latar Belakang dan Rumusan Masalah
Perkembangan teknologi pada era moderen memaksa manusia untuk melakukan berbagai cara dan metodologi untuk memecahkan segala bentuk permasalahan yang dilahirkan oleh zaman. Namun tidak sedikit budaya yang dilahirkan oleh zaman moderen berbagai bentuk budaya tersebut memberikan pengaruh yang sangat besar bagi manusia secara umum, diantara budaya-budaya yang berpengaruh bagi kehidupan manusia adalah budaya konsimtif, dan hedonis.

Dalam dunia kedokteran perkembangan metodologi pemecahan berbagai penyakit pun harus mengalami perkembangan disebabkan karena kebutuhan masyarakat terhadap metodologi penanganan penyakit sangat besar, keadaan ini disebabkan karena budaya hedonisme konsumtif yang menyebabkan lahirnya berbagai penyakit baik secara internal tubuh maupun eksternal, maka tidak begitu mengherankan ketika budaya konsumtif berakibat pada penyalahgunaan berbagai alat-alat pengobatan yang dalam penggunaannnya merupakan hak prerogatif para kaum profesionalis terlatih, seperti penyalahgunaan psikotrapika, alat-alat kecantikan dan selainnya, namun ironisnya terdapat berbagai oknum profesionalis memuluskan jalan para mafia-mafia intelektual demi untuk merauk keuntungan di atas ketidakberdayaan kaum hedonis konsumtif.

Islam sebagai suatu agama yang secara nyata memiliki peran yang sangat besar dalam menaklukkan berbagai persoalan-persoalan hidup manusia pada setiap zaman dan waktu dengan wahyu Allah Swt sebagai landasan berpijak. Wahyu yang dimaksudkan adalah Al-Qur'an dan Hadis Nabi Saw. Oleh karena itu para ulama pasca putusnya masa keemasan Islam berusha semaksimal mungkin untuk menuai berbagai bentuk produk-produk hukum yang merupakan hasil penalaran secara mendalam akan kandungan makna-makna firman Allah Swt di dalam al-Qur'an maupun sabda-sabda Nabi Saw di dalam al-Hadis.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis pada makalah ini berusaha semaksimal mungkin (sesuai dengan kemampuan baik fisik, psikis, dan akal) melakukan kajian tentang bedah pelastik ditinjau dari Hadis Nabi Saw dengan berpijak pada rumusan-rumasan masalah berikut:
1. Apa itu bedah pelastik
2. Bagaimana hadis Nabi Saw menyikapi tentang bedah pelastik?
3. Bagaimana Islam melaui hadis Nabi Saw menyikapi tentang bedah pelastik
Uaraian-uraian yang berhubungan dengan ketiga permasalahan di atas akan dikaji dengan menggunakan metodologi maudhu'i yang berpijak pada penulususuran makna hadi-hadis yang memberikan indikasi makna bedah plastik, namun tidak menutup kemungkinan terjadinya penyingkapan berbagai persoalan yang memiliki hubungan yang erat dengan permasalah yang diangkat

PEMBAHASAN
A. Pengertian Bedah Pelastik

Bedah pelastik merupakan satu bentuk kalimat yang tergabung dari dua kata yaitu bedah dan pelaastik, untuk mendapatkan pengertian yang komprehensif baik dari segi leksikal (etimologi) maupun istilah (terminologi), maka penulis terlebih dahulu memisahkan dua kata tersbut.

Kata Bedah atau pembedahan yang dalam Bahasa Inggris: surgery, bahasa yunani: cheirourgia "pekerjaan tangan" dan dalam bahasa Arab: al-jirahah atau 'amaliyyatul jirahiyyah, adalah spesialisasi dalam bidang kedokteran yang mengobati penyakit atau luka dengan operasi manual dan instrumen. Ahli bedah (surgeon) dapat merupakan dokter, dokter gigi, atau dokter hewan yang memiliki spesialisasi dalam bidang ilmu bedah.

Kata Plsatik berasal dari bahasa Yunani Plastikos yang berarti "mebentuk", istilah ini mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik. Mereka terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa atau ekonomi. Ada beberapa polimer alami yang termasuk plastik. Plastik dapat dibentuk menjadi film atau fiber sintetik. Nama ini berasal dari fakta bahwa banyak dari mereka "malleable", memiliki properti keplastikan. Plastik didesain dengan varias yang sangat banyak dalam properti yang dapat menoleransi panas, keras, "reliency" dan lain-lain. Digabungkan dengan kemampuan adaptasinya, komposisi yang umum dan beratnya yang ringan memastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industri.

Plastik dapat juga menuju ke setiap barang yang memiliki karakter yang deformasi atau gagal karena shear stress- lihat keplastikan (fisika) dan ductile. Plastik dapat dikategorisasikan dengan banyak cara tapi paling umum dengan melihat tulang-belakang polimernya vinyl{chloride}, polyethylene, acrylic, silicone, urethane, dll.). Klasifikasi lainnya juga umum.

Plastik adalah polimer; rantai-panjang atom mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer". Plastik yang umum terdiri dari polimer karbon saja atau dengan oksigen, nitrogen, chlorine atau belerang di tulang belakang. (beberapa minat komersial juga berdasar silikon). Tulang-belakang adalah bagian dari rantai di jalur utama yang menghubungkan unit monomer menjadi kesatuan. Untuk mengeset properti plastik grup molekuler berlainan "bergantung" dari tulang-belakang (biasanya "digantung" sebagai bagian dari monomer sebelum menyambungkan monomer bersama untuk membentuk rantai polimer). Pengesetan ini oleh grup "pendant" telah membuat plastik menjadi bagian tak terpisahkan di kehidupan abad 21 dengan memperbaiki properti dari polimer tersebut. Pengembangan plastik berasal dari penggunaan material alami (seperti: permen karet, "shellac") sampai ke material alami yang dimodifikasi secara kimia (seperti: karet alami, "nitrocellulose") dan akhirnya ke molekul buatan-manusia (seperti: epoxy, polyvinyl chloride, polyethylene).

Jika kita meperhatikan arti leksikal dari kedua kata dapat disimpulkan bahwa bedah pelastik secara etimologi adalah pengobatan terhadap sebuah luka yang menyebabkan kehancuran bentuk organ untuk dilakukan pembentukan kembali. Dalam wikipedia bahasa indonesia menyebutkan bahwa Bedah plastik adalah suatu cabang ilmu kedokteran yang bertujuan untuk merekonstruksi atau memperbaiki bagian tubuh manusia melalui operasi kedokteran. Jenis bedah plastik secara umum dibagi dua jenis: pembedahan untuk rekonstruksi dan pembedahan untuk kosmetik atau estetika.

Sementara itu sekelompok dokter kontemporer mendefenisikan bahwa bedah pelastik atau dikenal dengan “Plastic Surgery” (ing) atau dalam bahasa arab “Jirahah Tajmil” adalah bedah/operasi yang dilakukan untuk mempercantik atau memperbaiki satu bagian didalam anggota badan, baik yang nampak atau tidak, dengan cara ditambah, dikurangi atau dibuang, bertujuan untuk memperbaiki fungsi dan estetika (seni) tubuh

Para ulama hadis menyebutkan bahwa bedah pelastik ada dua jenis yaitu; pertama: Untuk mengobati aib yang ada dibadan, atau dikarenakan kejadian yang menimpanya seperti kecelakaan, kebakaran atau yang lainya. Maka operasi ini dimaksudkan untuk pengobatan. Kedua: untuk mempercantik diri, dengan mencari bagian badan yang dianggap mengganggu atau tidak nyaman untuk dilihat orang, istilah yang kedua ini adalah untuk kecantikan dan keindahan.

Dari ketiga pendefenisian di atas tidak terdapat perbedaan makna, sebab bedah pelastik secara umum hanya dapat dibagi kedalam dua jenis saja yaitu bedah pelastik rekonstruksi atau mengobati dan membentuk kembali organ-organ tubuh yang rusak baik yang tampak maupun tidak, dan bedah pelastik estetika atau memperbaiki wilayah-wilayah tertentu yang bertujuan untuk dapat membuat nyaman (to be confidences) dan menarik dilihat oleh orang lain.
B. Hadis-hadis Yang Berhubungan Dengan Bedah Plastiki

Setelah penulis melakukan penelusuran dalam berbagai literatur hadis, penulis tidak dapat menemukan hadis yang tepat dengan kata bedah pelastik, mengingat dalam sejarah di mana Rasulullah Saw, para sahabat, dan tibi'in adalah masa dimana istilah ini belum begitu populer dikalangan mereka baik dalam bahasa kedokteran pra Islam maupun ketika Islam datang.

Meskipun demikian terdapat satu hadis yang dapat mewakili keberadaan oprasi pelastik yang memberikan indikasi adanya kesamaan makna dari lafadh hadis tersebut dengan istilah bedah pelasti. Hadis yang dimaksudkan adalah hadis yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud R.A yang berbunyi:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ : لَعَنَ اللَّهُ الْوَاشِمَاتِ وَالْمُوتَشِمَاتِ وَالْمُتَنَمِّصَاتِ وَالْمُتَفَلِّجَاتِ لِلْحُسْنِ الْمُغَيِّرَاتِ خَلْقَ اللَّهِ فَبَلَغَ ذَلِكَ امْرَأَةً فَجَاءَتْ فَقَالَتْ إِنَّهُ بَلَغَنِي عَنْكَ أَنَّكَ لَعَنْتَ كَيْتَ وَكَيْتَ فَقَالَ وَمَا لِي أَلْعَنُ مَنْ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ هُوَ فِي كِتَابِ اللَّهِ فَقَالَتْ لَقَدْ قَرَأْتُ مَا بَيْنَ اللَّوْحَيْنِ فَمَا وَجَدْتُ فِيهِ مَا تَقُولُ قَالَ لَئِنْ كُنْتِ قَرَأْتِيهِ لَقَدْ وَجَدْتِيهِ أَمَا قَرَأْتِ { وَمَا آتَاكُمْ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا }
Artinya:
Abdullah berkata: "Allah Swt melaknat orang yang memasang tahi lalat palsu (pada badannya) dalam bentuk tato, orang yang mencukur alisnya, dan yang meratakan gigi dengan kikir yang bertujuan untuk mempercantik diri dengan mengubah ciptaan Allah". Kemudian hal tersbut sampai kepada seorang wanita, lalu wanita tersebut mendatangi Abdullah bin Mas'ud dan berkata : 'aku mendengarkan bahwa kamu melaknat orang yang begini dan begitu (menyebutkan apa yang telah disebutkan oleh Abdullah)', Abdullah berkata: "tidak ada jalan bagiku untuk melaknat mereka yang telah dilaknat oleh Rasulullah Saw, sebagaimana yang tergariskan di dalam Kitabullah (Al-Qur'an)", wanita tersubt berkat: 'Aku telah membaca apa yang terdapat diantara dua sampul (Al-Qur'an) dan aku tidak menemukan hal yang kamu katakana tersebut'. Abdullah berkata: "jika engkau membacanya maka pasti kamu menemukannya, tidak kamu membaca {Apa yang datang (diperintahkan) kepadamu dari Rasul, maka ambillah dan apa yang dilarangnya, maka jauhilah".

Sebelum penulis lebih jauh mengulas makna dan hubungannya dengan bedah pelastik dari hadis di atas terlebih dahulu penulis melakukan penelitian ringkas baik dari segi sanad maupun matan dari hadis tersebut di atas sebagai berikut;
1. Takhrij Hadis

Dalam melakukan penelusran terhadap Hadis (takhrij al-hadis)di atas, penulis menggunakan metode Takhrij al-hadis bil maudhu' (penelusuran hadis secara tematik), adapun kitab yang digunakan sebagai sandaran untuk melakukan kegiatan ini adalah Miftah Kunuz al-Sunnah karya Dr. Aj. Wensick yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi.

Dalam kitab tersebut penulis menemukan bahwa hadis tersebut di atas disebutkan di dalam delapan kitab hadis yaitu Shahih Bukhary dan Muslim, Sunan Abu Daud, Tirmdzy, Nasai dan ad-Darimy serta dalam Musnad Ahmad dan al-Thayalisy, dengan rumusan sebagai berikut :
(الوشم)
 النهي عن الوشم (تحريمه) –
بخ – ك 34 ب 25 و 113؛ ك 65 سورة 59 ب 4؛ ك 76 ب 36؛ ك 77 ب 82-86 و 96
مس-ك 37 ح 119-120
بد- ك 31 ب 8؛ ك 33 ب 5
نس-ك 48 ب 20 و 23-26 و 90
تر – ك 41 ب 33
مى- ك 19 ب 22
حم- أول ص 83 و 87 و 107 و 121 و 133 و 150 و 158 و 158 و 251 و 330 و 409 و 416 و 430 و 433 و 448 2و 404 و 462 و 464 و 465؛ ثان ص 21 و 319 و 339؛ رابع ص 134 2و 135؛ سادس ص 250 و 257.
ط – ح 390 و 401 و 1852.
Setelah kami melakukan penelusuran kepada kitab hadis sebagaimana yang ditunjukkan di atas, ternyata kami menemukan bahwa hadis di atas juga terdapat dalam Sunan Ibnu Majah pada Kitab IX bab 52 yang dalam perumusan Miftah مج akan tetapi penyusun dan atau penerjemah melewatkan hal tersebut atau tidak merekamnya dalam karya tersebut. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hadis sebagaimana yang telah disebutkan di riwayatkan atau disebutkan dalam Shahih Bukhary dan Muslim, Suanan Abu Daud, Tirmidzy, Nasa'i, Ibnu Majah dan ad-Darimy, Musnad Ahmad dan Al-Thayalisy yang kesemuanya bersumber dari sahabat Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu dan selainnya.
2. Klasifikasi sanad dan matan Hadis

Berdasarkan hasil penelusuran hadis sebagaimana yang telah disebutkan pada poin 1 di atas, maka penulis mengkalisifikasikan sanad dan matan hadis berdasarkan urutan kitab atau mukharrij (dengan tidak menuliskan terjemahan dari setiap poin) sebagai berikut;
a. Sanad dan matan hadis dari Shahih al-Bukhary
1. حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَوْنِ بْنِ أَبِي جُحَيْفَةَ قَالَ رَأَيْتُ أَبِي اشْتَرَى عَبْدًا حَجَّامًا فَسَأَلْتُهُ فَقَالَ نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ وَثَمَنِ الدَّمِ وَنَهَى عَنْ الْوَاشِمَةِ وَالْمَوْشُومَةِ وَآكِلِ الرِّبَا وَمُوكِلِهِ وَلَعَنَ الْمُصَوِّر
2. حدثنا حجاج بن منهال: حدثنا شعبة قال: أخبرني عون بن أبي جحيفة قال: رأيت أبي اشترى حجاما فأمر بمحاجمه فكسرت، فسألته عن ذلك، قال: إن رسول الله صلى الله عليه وسلم نهى عن ثمن الدم وثمن الكلب، وكسب الأمة، ولعن الواشمة والمستوشمة، وآكل الربا وموكله، ولعن المصور.
3. حدثنا محمد بن يوسف: حدثنا سفيان، عن منصور، عن إبراهيم، عن علقمة، عن عبد الله قال: (لعن الله الواشمات والمتوشمات، والمتنمصات والمتفلجات للحسن، المغيرات خلق الله). فبلغ ذلك امرأة من بني أسد يقال لها أم يعقوب، فجاءت فقالت: إنه بلغني أنك لعنت كيت وكيت، فقال: وما لي لا ألعن من لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم، ومن هو في كتاب الله، فقالت: لقد قرأت ما بين اللوحين، فما وجدت فيه ما تقول، قال: لئن كنت قرأتيه لقد وجدتيه، أما قرأت: {وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا}. قالت: بلى، قال: فإنه قد نهى عنه، قالت: فإني أرى أهلك يفعلونه، قال: فاذهبي فانظري، فذهبت فنظرت، فلم تر من حاجتها شيئا، فقال: لو كانت كذلك ما جامعتنا.
4. حدثنا إسحق بن نصر: حدثنا عبد الرزاق، عن معمر، عن همَّام، عن أبي هريرة رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (العين حق). ونهى عن الوشم.
5. حدثنا عثمان: حدثنا جرير، عن منصور، عن إبراهيم، عن علقمة، عن عبد الله:
(لعن الله الواشمات والمستوشمات، والمتنمصات، والمتفلجات للحسن، المغيرات خلق الله تعالى). ما لي لا ألعن من لعن النبي صلى الله عليه وسلم، وهو في كتاب الله: {وما آتاكم الرسول فخذوه}. إلى: {فانتهوا}.
6. وقال ابن أبي شيبة: حدثنا يونس بن محمد: حدثنا فليح، عن زيد بن أسلم، عن عطاء بن يسار، عن أبي هريرة رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (لعن الله الواصلة والمستوصلة، والواشمة والمستوشمة).
7. حدثنا إسحق بن إبراهيم: أخبرنا جرير، عن منصور، عن إبراهيم، عن علقمة قال: لعن عبد الله الواشمات والمتنمصات، والمتفلجات للحسن المغيرات خلق الله، فقالت أم يعقوب: ما هذا؟ قال عبد الله: وما لي لا ألعن من لعن رسول الله، وفي كتاب الله؟ قالت: والله لقد قرأت ما بين اللوحين فما وجدته، قال: والله لئن قرأتيه لقد وجدتيه: {وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا}
8. حدثني محمد بن مقاتل: أخبرنا عبد الله: أخبرنا عبيد الله، عن نافع، عن ابن عمر رضي الله عنهما: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (لعن الله الواصلة والمستوصلة والواشمة والمستوشمة). وقال نافع: الوشم في اللثة.
9. حدثني يوسف بن موسى: حدثنا الفضل بن دكين: حدثنا صخر بن جويرية، عن نافع، عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما: سمعت النبي صلى الله عليه وسلم، أو قال النبي صلى الله عليه وسلم: (لعن الله الواشمة والموتشمة، والواصلة والمستوصلة). يعني: لعن النبي صلى الله عليه وسلم.
10. حدثني محمد بن مقاتل: أخبرنا عبد الله: أخبرنا سفيان، عن منصور، عن إبراهيم، عن علقمة، عن ابن مسعود رضي الله عنه قال: لعن الله الواشمات والمستوشمات، والمتنمصات والمتفلجات للحسن، المغيرات خلق الله، ما لي لا ألعن من لعنه رسول الله صلى الله عليه وسلم، وهو في كتاب الله؟
11. حدثنا سليمان بن حرب: حدثنا شعبة، عن عون بن أبي جحيفة قال: رأيت أبي، فقال: إن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن ثمن الدم، وثمن الكلب، وآكل الربا وموكله، والواشمة والمستوشمة
12. حدثنا زهير بن حرب: حدثنا جرير، عن عمارة، عن أبي زرعة، عن أبي هريرة قال: أتي عمر بامرأة تشم، فقام فقال: أنشدكم بالله، من سمع من النبي صلى الله عليه وسلم في الوشم؟ فقال أبو هريرة: فقمت فقلت: يا أمير المؤمنين أنا سمعت، قال: ما سمعت؟ قال: سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول: (لا تشمن ولا تستوشمن).
13. حدثنا مسدَّد: حدثنا يحيى بن سعيد، عن عبيد الله: أخبرني نافع، عن ابن عمر قال: لعن النبي صلى الله عليه وسلم الواصلة والمستوصلة، والواشمة والمستوشمة.
14. حدثنا محمد بن المثنَّى: حدثنا عبد الرحمن، عن سفيان، عن منصور، عن إبراهيم، عن علقمة، عن عبد الله رضي الله عنه: لعن الله الواشمات والمستوشمات، والمتنمصات، والمتفلجات للحسن، المغيرات خلق الله، ما لي لا ألعن من لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم، وهو في كتاب الله.
b. Sanad dan matan hadis dari Shahih Muslim
1. حدثنا محمد بن عبدالله بن نمير. حدثنا أبي. ح وحدثنا زهير بن حرب ومحمد ابن المثنى (واللفظ لزهير) قالا: حدثنا يحيى (وهو القطان) عن عبيدالله. أخبرني نافع عن ابن عمر؛ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لعن الواصلة والمستوصلة والواشمة والمستوشمة.
2. حدثنا إسحاق بن إبراهيم وعثمان بن أبي شيبة (واللفظ لإسحاق). أخبرنا جرير عن منصور، عن إبراهيم، عن علقمة، عن عبدالله. قال: لعن الله الواشمات والمستوشمات، والنامصات والمتنمصات، والمتفلجات للحسن المغيرات خلق الله. قال فبلغ ذلك امرأة من بني أسد. يقال لها: أم يعقوب. وكانت تقرأ القرآن. فأتته فقالت: ما حديث بلغني عنك؛ أنك لعنت الواشمات والمستوشمات والمتنمصات والمتفلجات للحسن المغيرات خلق الله. فقال عبدالله: وما لي لا ألعن من لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم؟ وهو في كتاب الله. فقالت المرأة: لقد قرأت ما بين لوحي المصحف فما وجدته فقال: لئن كنت قرأتيه لقد وجدتيه. قال الله عز وجل: {وما أتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا} [59 /الحشر /7]. فقالت المرأة: فإني أرى شيئا من هذا على امرأتك الآن. قال: اذهبي فانظري. قال فدخلت على امرأة عبدالله فلم تر شيئا. فجاءت إليه فقالت: ما رأيت شيئا. فقال: أما لو كان ذلك، لم نجامعها.
3. حدثنا محمد بن المثنى وابن بشار. قالا: حدثنا عبدالرحمن (وهو ابن مهدي). حدثنا سفيان. ح وحدثنا محمد بن رافع. حدثنا يحيى بن آدم. حدثنا مفضل (وهو ابن مهلهل). كلاهما عن منصور، في هذا الإسناد، بمعنى حديث جرير. غير أن في حديث سفيان: الواشمات والمستوشمات. وفي حديث مفضل: الواشمات والموشومات.
c. Sanad dan matan hadis dari Sunan Abu Daud
1. حدثنا أحمد بن حنبل ومسدد قالا: ثنا يحيى، عن عبيد اللّه قال: حدثني نافع، عن عبد اللّه قال: لعن رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم الواصلة والمستوصلة، والواشمة والمستوشمة.
2. حدثنا محمد بن عيسى وعثمان بن أبي شيبة، المعنى قالا: ثنا جرير، عن منصور، عن إبراهيم، عن علقمة، عن عبد اللّه أنه قال: لعن اللّه الواشمات والمستوشمات، قال محمد: والواصلات وقال عثمان: والمتنمِّصات، ثم اتفقا: والمتفلجات للحسن المغيرات خلق اللّه عزوجل، فبلغ ذلك امرأةً من بني أسد يقال لها أمُّ يعقوب، زاد عثمان: كانت تقرأ القرآن، ثم اتفقا: فأتته فقالت: بلغي عنك أنك لعنت الواشمات والمستوشمات، قال محمد: والواصلات: وقال عثمان: والمتنمِّصات، ثم اتفقا: والمتفلجات، قال عثمان: للحسن المغيِّرات خلق اللّه تعالى، فقال: وما لي لا ألعن من لعن رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم، وهو في كتاب اللّه تعالى؟ قالت: لقد قرأت ما بين لوحي المصحف فما وجدته فقال: واللّه لئن كنت قرأتيه لقد وجدتيه، ثم قرأ: {وما آتاكم الرسول فخذوه، وما نهاكم عنه فانتهوا} قالت: إني أرى بعض هذا على امرأتك، قال: فادخلي فانظري، فدخلت ثم خرجت فقال: ما رأيت؟ وقال عثمان: فقالت: ما رأيت، فقال: لو كان ذلك ما كانت معنا.
3. حدثنا ابن السرح، ثنا ابن وهب، عن أسامة، عن أبان بن صالح، عن مجاهد بن جبر، عن ابن عباس قال: لعنت الواصلة والمستوصلة، والنامصة والمتنمصة، والواشمة والمستوشمة من غير داء.
d. Sanad dan matan hadis dari Sunan At-Tirmidzy
1. حدثنا أحمد بن منيع، أخبرنا عبيدة بن حميد، عن منصور، عن ابراهيم، عن علقمة، عن عبد الله: "أن النبي صلى الله عليه وسلم لعن الواشمات والمستوشمات والمتنمصات مبتغيات للحسن مغيرات خلق الله". هذا حديث حسن صحيح.
2. حدثنا سويد، أخبرنا عبد الله بن المبارك عن عبيد الله ابن عمر، عن نافع، عن ابن عمر عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: "لعن الله الواصلة والمستوصلة والواشمة والمستوشمة. وقال نافع الوشم في اللثة". هذا حديث حسن صحيح. وفي الباب عن عائشة ومعقل بن يسار وأسماء بنت أبي بكر وابن عباس.
3. حدثنا محمد بن بشار، أخبرنا يحيى بن سعيد، أخبرنا عبيد الله بن عمر، عن نافع، عن ابن عمر عن النبي صلى الله عليه وسلم نحوه. ولم يذكروا فيه قول نافع. هذا حديث حسن صحيح.
e. Sanad dan matan hadis dari Sunan Nasa'i
1. أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ سَلَّامٍ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ الْحَفَرِيُّ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْوَاشِمَاتِ وَالْمُوتَشِمَاتِ وَالْمُتَنَمِّصَاتِ وَالْمُتَفَلِّجَاتِ لِلْحُسْنِ الْمُغَيِّرَاتِ أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَرْبٍ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ الْمُتَفَلِّجَاتِ وَسَاقَ الْحَدِيثَ
2. أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ حَدَّثَنَا أَبِي قَالَ سَمِعْتُ الْأَعْمَشَ يُحَدِّثُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَال : لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْوَاشِمَاتِ وَالْمُتَفَلِّجَاتِ وَالْمُتَنَمِّصَاتِ الْمُغَيِّرَاتِ خَلْقَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّد
3. أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ مَنْصُورٍ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ أَبِي قَيْسٍ عَنْ هُزَيْلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَال: لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْوَاشِمَةَ وَالْمُوتَشِمَةَ وَالْوَاصِلَةَ وَالْمَوْصُولَةَ وَآكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَالْمُحَلِّلَ وَالْمُحَلَّلَ لَهُ
4. أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى قَالَ حَدَّثَنَا خَالِدٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَبَانُ بْنُ صَمْعَةَ عَنْ أُمِّهِ قَالَتْ سَمِعْتُ عَائِشَةَ تَقُولُ : نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْوَاشِمَةِ وَالْمُسْتَوْشِمَةِ وَالْوَاصِلَةِ وَالْمُسْتَوْصِلَةِ وَالنَّامِصَةِ وَالْمُتَنَمِّصَةِ
5. أَخْبَرَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ مَسْعُودٍ قَالَ حَدَّثَنَا خَالِدٌ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مُرَّةَ يُحَدِّثُ عَنْ الْحَارِثِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: آكِلُ الرِّبَا وَمُوكِلُهُ وَكَاتِبُهُ إِذَا عَلِمُوا ذَلِكَ وَالْوَاشِمَةُ وَالْمَوْشُومَةُ لِلْحُسْنِ وَلَاوِي الصَّدَقَةِ وَالْمُرْتَدُّ أَعْرَابِيًّا بَعْدَ الْهِجْرَةِ مَلْعُونُونَ عَلَى لِسَانِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَة
6. أَخْبَرَنَا حُمَيْدُ بْنُ مَسْعَدَةَ قَالَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ عَوْنٍ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ الْحَارِثِ قَال: لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَشَاهِدَهُ وَكَاتِبَهُ وَالْوَاشِمَةَ وَالْمُوتَشِمَةَ قَالَ إِلَّا مِنْ دَاءٍ فَقَالَ نَعَمْ وَالْحَالُّ وَالْمُحَلَّلُ لَهُ وَمَانِعُ الصَّدَقَةِ وَكَانَ يَنْهَى عَنْ النَّوْحِ وَلَمْ يَقُلْ لَعَن
7. حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ قَالَ حَدَّثَنَا خَلَفٌ يَعْنِي ابْنَ خَلِيفَةَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ عَنْ الشَّعْبِيِّ قَالَ: لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَشَاهِدَهُ وَكَاتِبَهُ وَالْوَاشِمَةَ وَالْمُوتَشِمَةَ وَنَهَى عَنْ النَّوْحِ وَلَمْ يَقُلْ لَعَنَ صَاحِب
8. أَخْبَرَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ أَنْبَأَنَا جَرِيرٌ عَنْ عُمَارَةَ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: أُتِيَ عُمَرُ بِامْرَأَةٍ تَشِمُ فَقَالَ أَنْشُدُكُمْ بِاللَّهِ هَلْ سَمِعَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ فَقُمْتُ فَقُلْتُ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ أَنَا سَمِعْتُهُ قَالَ فَمَا سَمِعْتَهُ قُلْتُ سَمِعْتُهُ يَقُولُ لَا تَشِمْنَ وَلَا تَسْتَوْشِمْنَ
9. أَخْبَرَنَا أَبُو عَلِيٍّ مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى الْمَرْوَزِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُثْمَانَ عَنْ أَبِي حَمْزَةَ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ الْعُرْيَانِ بْنِ الْهَيْثَمِ عَنْ قَبِيصَةَ بْنِ جَابِرٍ عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَلْعَنُ الْمُتَنَمِّصَاتِ وَالْمُتَفَلِّجَاتِ وَالْمُوتَشِمَاتِ اللَّاتِي يُغَيِّرْنَ خَلْقَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلّ
10. أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَعْمَرٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمَّادٍ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ الْعُرْيَانِ بْنِ الْهَيْثَمِ عَنْ قَبِيصَةَ بْنِ جَابِرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَلْعَنُ الْمُتَنَمِّصَاتِ وَالْمُتَفَلِّجَاتِ وَالْمُوتَشِمَاتِ اللَّاتِي يُغَيِّرْنَ خَلْقَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
11. أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ يَعْقُوبَ قَالَ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ شَقِيقٍ قَالَ أَنْبَأَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ وَاقِدٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ عُمَيْرٍ عَنْ الْعُرْيَانِ بْنِ الْهَيْثَمِ عَنْ قَبِيصَةَ بْنِ جَابِرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَعَنَ اللَّهُ الْمُتَنَمِّصَاتِ وَالْمُوتَشِمَاتِ وَالْمُتَفَلِّجَاتِ اللَّاتِي يُغَيِّرْنَ خَلْقَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
12. أَخْبَرَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ أَنْبَأَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْوَاصِلَةَ وَالْمُوتَصِلَةَ وَالْوَاشِمَةَ وَالْمُوتَشِمَةَ
f. Sanad dan matan hadis dari Sunan Ibnu Majah
1. حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ وَأَبُو أُسَامَةَ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَر: عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ لَعَنَ الْوَاصِلَةَ وَالْمُسْتَوْصِلَةَ وَالْوَاشِمَةَ وَالْمُسْتَوْشِمَةَ
2. حَدَّثَنَا أَبُو عُمَرَ حَفْصُ بْنُ عَمْرٍو وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عُمَرَ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْوَاشِمَاتِ وَالْمُسْتَوْشِمَاتِ وَالْمُتَنَمِّصَاتِ وَالْمُتَفَلِّجَاتِ لِلْحُسْنِ الْمُغَيِّرَاتِ لِخَلْقِ اللَّهِ فَبَلَغَ ذَلِكَ امْرَأَةً مِنْ بَنِي أَسَدٍ يُقَالُ لَهَا أُمُّ يَعْقُوبَ فَجَاءَتْ إِلَيْهِ فَقَالَتْ بَلَغَنِي عَنْكَ أَنَّكَ قُلْتَ كَيْتَ وَكَيْتَ قَالَ وَمَا لِي لَا أَلْعَنُ مَنْ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي كِتَابِ اللَّهِ قَالَتْ إِنِّي لَأَقْرَأُ مَا بَيْنَ لَوْحَيْهِ فَمَا وَجَدْتُهُ قَالَ إِنْ كُنْتِ قَرَأْتِهِ فَقَدْ وَجَدْتِهِ أَمَا قَرَأْتِ { وَمَا آتَاكُمْ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا } قَالَتْ بَلَى قَالَ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ نَهَى عَنْهُ قَالَتْ فَإِنِّي لَأَظُنُّ أَهْلَكَ يَفْعَلُونَ قَالَ اذْهَبِي فَانْظُرِي فَذَهَبَتْ فَنَظَرَتْ فَلَمْ تَرَ مِنْ حَاجَتِهَا شَيْئًا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ شَيْئًا قَالَ عَبْدُ اللَّهِ لَوْ كَانَتْ كَمَا تَقُولِينَ مَا جَامَعَتْنَا
g. Sanad dan matan hadis dari Sunan ad-Darimy
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ : لَعَنَ اللَّهُ الْوَاشِمَاتِ وَالْمُسْتَوْشِمَاتِ ، وَالْمُتَنَمِّصَاتِ وَالْمُتَفَلِّجَاتِ لِلْحُسْنِ الْمُغَيِّرَاتِ خَلْقَ اللَّهِ. فَبَلَغَ ذَلِكَ امْرَأَةً مِنْ بَنِى أَسَدٍ يُقَالُ لَهَا أُمُّ يَعْقُوبَ فَجَاءَتْ فَقَالَتْ : بَلَغَنِى أَنَّكَ لَعَنْتَ كَيْتَ وَكَيْتَ. فَقَالَ : وَمَا لِى لاَ أَلْعَنُ مَنْ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَهُوَ فِى كِتَابِ اللَّهِ. فَقَالَتْ : لَقَدْ قَرَأْتُ مَا بَيْنَ اللَّوْحَيْنِ فَمَا وَجَدْتُ فِيهِ مَا تَقُولُ. قَالَ : لَئِنْ كُنْتِ قَرَأْتِيهِ لَقَدْ وَجَدْتِيهِ أَمَا قَرَأْتِ (وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا )؟ فَقَالَتْ : بَلَى. قَالَ : فَإِنَّهُ قَدْ نَهَى عَنْهُ. فَقَالَتْ : فَإِنِّى أَرَى أَهْلَكَ يَفْعَلُونَهُ. قَالَ : فَادْخُلِى فَانْظُرِى. فَدَخَلَتْ فَنَظَرَتْ فَلَمْ تَرَ مِنْ حَاجَتِهَا شَيْئاً ، فَقَالَ : لَوْ كَانَتْ كَذَلِكَ مَا جَامَعْتُهَا.
Dari sekian banyak sanad yang telah penulis sebutkan di atas berdasarkan klasifikasi susunan kitab standar hadis, penulis membatasinya hanya pada tujuh kitab hadis saja. Adapun sanad dan matan yang terdapat dalam Musnad Ahmad dan al-Thayalisy sebagaimana yang ditunjukkan dalam Miftah Kunuz as-Sunnah, penulis tidak sebutkan disini disebabkan karena banyaknya sanad tersebut dan panjangnya pembahasan.
3. Status Sanad Hadis
Berdasarkan hasil analisis sementara penulis dapat mengatakan bahwa mayoritas –untuk tidak mengatakan seluruhnya- sanad yang terdapat pada hadis sebagaiman yang telah kami klasifikasikan dapat dijadikan sandaran dan menjadi hujjah pengambilan hadis disebabkan karena kestiqahan, kedhabitan dan keadilan mereka dalam menyeleksi hadis-hadis yang datang dari Rasulullah Saw dan mengumpulkannya baik dalam bentuk hafalann maupun dalam bentuk tulisan.

Selain itu hadis ini memiliki jalur sanad yang sangat beragam yang diantara satu dengan yang lain saling menguatkan atau menjadi syahid, sehingga jika diteliti kemudian lalu menemukan salah satu atau sebahagian sanad berada pada lefel kedha'ifan baik dha'ifun zhahir ataupun dha'if khafiy, maka tentunya sanad yang lain akan menguatkannya dan mengangkatnya kepada lefel derajat hadis yang paling tidak adalah hasan li ghairihi atau hasan lidzatihi.
4. Status Matan Hadis
Sudah menjadi sebuah konsekwensi sebuah bentuk pemberitaan yang datang dari banyaak jalur, maka berita tersebut bisa saja terjadi perubahan di dalamnya apakah dalam bentuk penambahan kata, pengurangan dan atau pembalikan baik lafadh maupun kalimat-kalimatnya.

Jika kita memperhatikan dengan seksama diantara hadis-hadis tersebut di atas terdapat beberapa hadis yang hanya menggunakan kata dalam bentuk fi'il madhy yang bersumber dari sahabat dengan tidak menyebutkan bahwasanya hal tersebut adalah sabda Nabi Saw yang langsung didengarnya sendiri atau dengan perantaraan sahabat yang lain, seperti hadis Abdullah bin Mas'ud, Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Abbas.

Keterangan ini menunjukkan bahwa diantara sekian banyak matan yang penulis kumpulkan tentang masalah ini, dapat diakatan bahwa redaksi-redaksi hadis tersebut terbagi kedalam empat bagian yaitu;

Pertama : Bahwa dianatara redaksi-redaksi hadis tersebut merupakaan bentuk perkataan para shabat Nabi Saw atau fatwa mereka kepada para tabi'in yang hidup pada masa mereka.

Kedua : Bahwa diantara redaksi hadis tersebut mayoritas diantaranya adalah sabda Nabi Saw yang disandarkan langsung kepadanya, indikasi yang menunjukkan hal ini adalah keberadaan lafadh "Sami'tu Rasulallahi atau an-Nabiyya Shallallhu 'alaihi wa sallam dan kalimat 'an an-Nabiyyi Shallallhu 'alaihi wa sallam Qala" atau "annahu Qala".
Ketiga : Bahwa diantara redaksi hadis tersebut terdapat penambahan kata yang disandarkan kepada para tabi'in seperti Nafi' dan Abu Daud, yang disebut didalam ilmu dirayah adalah mudraj mubayyan.
Keempat : Bahwa diantara redaksi-redaksi tersebut di atas terdapat lafadh-lafadh yang terbalik yang kemudian disebut dalam ilmu dirayah maqlub al-lafdh, akan tetapi selama pembalikan kata ini bukan kesengajaan dari perawi untuk melakukan ighrab dan atau keluar dari substansi makna dari hadis tersebut, maka hadis tersebut masih dapat diperpengangi dan dijadikan hujjah dalam segala aspeknya.

Berdasarkan analisis sementara ini penulis dapat mengatakan bahwa hadis-hadis tersebut dari segi matannya sebahagian besar –untuk tidak mengatakan semua- adalah merupakan kalimat-kalimat kenabian dari lisan Rasulullah Saw yang mulia.
C. Jenis Bedah Pelastik dan Hukumnya

Seperti yang telah kita ketahui bahwa operasi yang dilakukan itu bisa sebelum meninggal atau sesudahnya, akan tetapi untuk pembagian yang kedua ini tidak ada hubungannya dengan operasi plastik.

Oleh karena itu dalam makalah yang singkat ini, kita tidak membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan mayat.

Sebagaimana yang telah penulis sebutkan pada pengertian bedah pelastik, bahwa bedah pelastik memiliki dua bentuk yaitu: Bedah Pelastik Rekonstruksi dan Estetika, kedua bentuk ini adsalah yang dikenal dalam ddunia kedokteran.

Dari kedua jenis tersebut akan melahirkan dua jenis yang lain yang berhubungan dengan orang yang melakukan bedah atau dalam hal ini menjadi pasien bedah pelastik, dua jenis yang dimaksud adalah: 1). Bedah Pelastik yang dilakukan tanpa ada unsur kesengajaan. 2) Bedah Pelastik yang dilakukan karena adanya unsur kesengajaan. Kedua jenis ini akan mengantarkan pembahasan ini dengan merujuk kepada dalil-dali baik al-Qur'an maupun As-Sunnah.
1. Bedah Pelastik yang dilakukan tanpa ada unsur kesengajaan
Maksudnya adalah operasi yang dilakukan hanya untuk pengobatan dari aib (cacat) yang ada dibadan, baik karena cacat dari lahir (bawaan) seperti bibir sumbing, jari tangan atau kaki yang berlebih, dan yang kedua bisa disebabkan oleh penyakit yang akhirnya merubah sebagian anggota badan, seperti akibat dari penyakit lepra/kusta, TBC, atau karena luka bakar pada wajah akibat siraman air panas.

Kesemua unsur ini adalah opersi yang bukan karena keinginannya, akan tetapi yang dimaksudkan adalah untuk pengobatan saja, walaupun hasilnya nanti menjadi lebih indah dari sebelumnya, dalam hukum fiqih disebutkan bahwa, operasi semacam ini dibolehkan saja, adapun dalil-dalil yang menjelaskan hal ini diantaranya adalah Hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhary dari sahabat Abu Hurairah R.A:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً
Artinya:
“Tidak lah Allah Swt. menurunkan wabah/penyakit kecuali Allah Swt. juga menurunkan obat penwarnya”
Dan didalam riwayat at-Tirmidzy dari Usmah bin Syarik menyebutkan:
قَالَتْ الْأَعْرَابُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَا نَتَدَاوَى قَالَ نَعَمْ يَا عِبَادَ اللَّهِ تَدَاوَوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلَّا وَضَعَ لَهُ شِفَاءً أَوْ قَالَ دَوَاءً إِلَّا دَاءً وَاحِدًا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُوَ قَالَ الْهَرَمُ
Artinya:
“Ada beberapa orang Arab bertanya kepada Rasulullah Saw.:”Wahai Rasulullah, apakah kami harus mengobati (penyakit kami), Rasulullah menjawab, “Obatilah. Wahai hamba-hamba Allah lekaslah kalian berobat, karena sesungguhnya Allah tidak menurunkan satu penyakit, diriwayat lain disebutkan, beberapa penyakit. Kecuali diturunkan pula obat penawarnya Kecuali satu yang tidak bisa diobati lagi”, mereka pun bertanya,”Apakah itu wahai Rasul?”, Rasulullah pun menjawab, “Penyakit Tua”
Maksud dari hadits diatas adalah, bahwa setiap penyakit itu pasti ada obatnya, maka dianjurkan kepada orang yang sakit agar mengobati sakitnya, jangan hanya dibiarkan saja, bahkan hadits itu menekankan agar berobat kepada seorang dokter yang profesional dibidangnya.
Imam Abu Hanifah dalam kitabnya berpendapat, “Bahwa tidak mengapa jika kita berobat menggunakan jarum suntik (yang berhubungan dengan operasi), dengan alasan untuk berobat, karena berobat itu dibolehkan hukumnya, Sesuai dengan ijma’ ulama, dan tidak ada pembeda antara laki-laki dan perempuan”. Akan tetapi disebutkan (pendapat lemah) bahwa tidak diperbolehkan berobat menggunakan bahan yang diharamkan, seperti khamar, bir dan sejenis. tapi jika ia tidak mengetahui kandungan obat itu, maka tidak mengapa menggunakannya, namun jika tidak memungkinkan lagi (yakin bahwa tidak ada obat) untuk mencari obat selain yang diharamkan itu, maka bolehlah menggunakan sekedarnya.
Ibn Mas’ud Ra, mengatakan bahwa sesungguhnya Allah Swt. tidak menciptakan sembuhnya kalian dengan barang yang diharamkan-Nya”.makna dari pendapat beliau adalah walau bagaimanapun Allah Swt. menurunkan penawar yang halal, karena secara akal pikir, tidak mungkin Allah mengharamkan yang telah diharamkan kemudian diciptakan untuk dijadikan obat, pasti masih ada jalan lain yang lebih halal.
Operasi semacam ini terkadang bisa menjadi wajib hukumnya, jika menyebabkan kematian, maka wajib baginya untuk berobat.
Allah Swt. berfirman :
....وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya:
.... Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Q.S Al-Baqarah [2] : 195)
Pada ayat yang lain Allah juga berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S An-Nisa' [4] : 29)

Larangan membunuh diri sendiri ini menunjukkan bahwa Allah Swt melarang hamba-Nya merusak jiwanya. Operasi ini tidak bisa dikatakan mengubah ciptaan Allah dengan sengaja, karena operasi ini untuk pengobatan, walaupun pada akhirnya bertambah cantik atau indah pada dirinya.
Syeikh Dr Yusuf Al-Qaradawi berpendapat :
“Adapun kalau ternyata orang tersebut mempunyai cacat yang mungkin menjijikkan pandangan, misalnya karena ada daging tambah yang boleh menimbulkan sakit jiwa dan perasaan, maka tidak berdosa bagi orang itu untuk berobat selagi dengan tujuan menghilangkan kecacatan atau kesakitan yang boleh mengancam hidupnya. Kerana Allah tidak menjadikan agama buat kita ini dengan penuh kesukaran"
2. Bedah Pelastik yang dilakukan karena adanya unsur kesengajaan
Maksudnya adalah operasi yang tidak dikarenakan penyakit bawaan (turunan) atau karena kecelakaan, akan tetapi atas keinginannya sendiri untuk menambah keindahan dan mempercantik diri.

Operasi ini ada bermacam-macam, akan tetapi saya hanya menuliskan garis besarnya saja, yaitu terbagi dua, dan setiap bagian mempunyai hukum masing-masing:
a. Operasi anggota badan
b. Operasi mempermuda
c. Operasi anggota badan

Diantaranya adalah operasi telinga, dagu, hidung, perut, payudara, pantat (maaf) dengan ditambah, dikurang atau dibuang, dengan keinginan agar terlihat cantik.

Adapun operasi bagian kedua ini diperuntukkan bagi mereka yang sudah berumur tua, dengan menarik kerutan diwajah, lengan, pantat, tangan, atau alis.

Mungkin ini menurut penulis bagian-bagian yang sering kita temui dan yang paling umum;
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum Bedah plastik ini :
Kebanyakan ulama hadits berpendapat bahwa tidak boleh melakukan jenis bedah ini dengan dalil diantaranya sebagai berikut:
Allah berfirman :
لَعَنَهُ اللَّهُ وَقَالَ لَأَتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ نَصِيبًا مَفْرُوضًا (118) وَلَأُضِلَّنَّهُمْ وَلَأُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَآَمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آَذَانَ الْأَنْعَامِ وَلَآَمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا (119)
Artinya:
Yang dila'nati Allah dan syaitan itu mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya). Dan Aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan Aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya". barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, Maka Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. (Q.S An-Nisa' [4] : 118-119)


Ayat ini menjelaskan kepada kita dengan konteks celaan dan haramnya melakukan pengubahan pada diri yang telah diciptakan Allah dengan sebaik-baik penciptaan, karena mengikuti akan hawa nafsu dan keinginan syaitan yang dilaknat Allah.
Diriwayatkan dari Imam Bukhari dan Muslim Ra.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ : لَعَنَ اللَّهُ الْوَاشِمَاتِ وَالْمُوتَشِمَاتِ وَالْمُتَنَمِّصَاتِ وَالْمُتَفَلِّجَاتِ لِلْحُسْنِ الْمُغَيِّرَاتِ خَلْقَ اللَّهِ
Artinya:
Dari Abdullah ibn Mas’ud Ra.beliau pernah berkata “”Allah melaknat wanita-wanita yang mentato dan yang meminta untuk ditatokan, yang mencukur (menipiskan) alis dan yang meminta dicukur, yang mengikir gigi supaya kelihatan cantik dan merubah ciptaan Allah.” (H.R Bukhari)
Dari hadits ini, dapat diambil sebuah dalil bahwa Allah Swt. melaknat mereka yang melakukan perkara ini dan mengubah ciptaan-Nya
Dalam riwayat yang lain disebutkan
عَنْ أَسْمَاءَ أَنَّ امْرَأَةً جَاءَتْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ بِنْتًا لِي عَرُوسٌ وَإِنَّهَا اشْتَكَتْ فَتَمَزَّقَ شَعْرُهَا فَهَلْ عَلَيَّ جُنَاحٌ إِنْ وَصَلْتُ لَهَا فِيهِ فَقَالَ لَعَنَ اللَّهُ الْوَاصِلَةَ وَالْمُسْتَوْصِلَةَ
Artinya :
Dari Asmaa, bahwa ada seorang perempuan yang mendatangi Rasulullah Saw. dan berkata, ” Wahai Rasululllah, dua orang anak perempuan ku akan menjadi pengantin, akan tetapi ia mengadu kepadaku bahwa rambutnya rontok, apakah berdosa jika aku sambung rambutnya?”, maka Rasulullah pun menjawab, “Sesungguhnya Allah melaknat perempuan yang menyambung atau minta disambungkan (rambutnya)”
Hadits ini dengan jelas mengatakan bahwa haram hukumnya bagi orang yang menyambung rambutnya atau istilah sekrang dikenal dengan konde atau wig dan jauh dari rahmat Allah Swt.

Untuk melengkapi pendapat ini, maka akan penulis coba menggunakan qias dan akal. Bedah plastik semacam ini tidak dibolehkan dengan meng-qias larangan Nabi Saw. terhadap orang yang menyambung rambutnya, tattoo, mengikir (menjarangkan) gigi atau apa saja yang berhubungan dengan perubahan terhadap apa yang telah diciptakan Allah Swt.

Secara akal kita akan menyangka bahwa orang itu kelihatannya indah dan cantik akan tetapi, ia telah melakukan bedah plastik pada dirinya, perbuatan ini sama dengan pemalsuan atau penipuan terhadap dirinya sendiri bahkan orang lain, adapun hukumnya orang yang menipu adalah haram menurut syara’.
Begitu juga dengan bahaya yang akan terjadi jika operasi itu gagal, bisa menambah kerusakan didalam tubuhnya dan sedikit sekali berhasilnya, apapun caranya tetap membahayakan dirinya dan ini tidak sesuai dengan hukum syara’, sesuai dengan firman Allah yang berbunyi :
....وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ
"Dan janganlah kalian membinasakan diri kalian"
Setelah kita perhatikan dalil-dalil diatas dengan seksama, maka jelaslah bahwa operasi plastik itu diharamkan menurut syara’ dengan keinginan untuk mempercantik dan memperindah diri, dengan kesimpulan sebagai berikut:
1. Operasi plastik merubah ciptaan Allah Swt
2. Adanya unsur pemalsuan dan penipuan
3. Dari sisi lain, bahwa negatifnya lebih banyak dari manfaatnya, karena bahaya yang akan terjadi sangat besar apabila operasi itu gagal, bisa menyebabkan kerusakan anggota badan bahkan kematian.
4. Syarat pembedahan yang dibenarkan Islam; memiliki keperluan untuk tujuan kesehatan semata-mata dan tiada niat lain, diakui doktor profesional yang ahli dalam bidang itu bahwa pembedahan akan berhasil dilakukan tanpa risiko, bahaya dan mudarat.
5. Untuk pemakaian kosmetik, disyaratkan kandungannya halal, tidak dari najis (kolagen / plasenta) dan tidak berlebihan (tabarruj) akan tetapi behias ini sangat di tekankan bagi mereka yang ingin menyenangkan suaminya.

Sebelum menutup makalah ini, penulis ingin menekankan bahwa Allah Swt. Tidak lah menciptakan makhluknya dengan sia-sia, “Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang. Dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu.”

Sesungguhnya Allah Swt. Menciptakan kalian dalam keadaan sempurna dan seimbang satu sama lainnya dengan sebaik-baik penciptaan. “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .”

Sudah sepantasnya kita sebagai makhluk Allah mensyukuri apa-apa yang telah diberikan kepada kita.

KEESIMPULAN
1. Bedah Pelastik adalah : pengobatan terhadap sebuah luka yang menyebabkan kehancuran bentuk organ untuk dilakukan pembentukan kembali. adapun bedah pelastik dibagi ke dalam dua jenis rekonstruksi dan estetika.
2. Hadis-hadis yang mewakili permasalahan bedah pelastik adalah hadis yang menjelaskan tentang tatto mentato, berkonde dan memberikan konde utuk disambung kerambut (bersanggul dan menyanggulkan), meratakan gigi dan mencukur alis untuk kecantikan. Hadis-hadis yang senada dengan kata tersebut sangat banyak dengan kualitas yang cukup berfarasi mulai dari yang dha'if, hasan sampai shahih. Akan tetapi mayoritas hadis-hadisnya adalah shahih. Meskipun demikian diantara hadis-hadis tersebut terselip perkataan saahabat dan tabi'in yang merupakan penjelasan dari perkataa Rasulullah Saw
3. bedah pelastik jika dilihat dari segi hukumnya menurut tinjauan hadis nabi Saw adalah bahwa apabila bedah pelastik dilakukan dengan tujuan pengobatan bukan karena kesengajaan meskipun hasilnya lebih baik dari sebelumnya, maka hal itu diperbolehkan sebagaimana pandangan mayoritas para ulama dan dokter. Akan tetapi jika dilakukan dengan tujuan hanya untuk mempercantik diri dan atau mempertontonkan kepalsuan, maka hal itu menjadi terlaknak diakibatkan oleh kepalsuan, selain itu juga bedah pelastik yang dilakukan akan berakibat pada kerusakan jasad yang telah dianugrahkan oleh Allah.

Hanya kepada Allah segala hukum dikembalikan karena Dia-lah satu-satunya yang maha mengetahui segala sesuatunya lagi maha bijaksana dalam menegakkan hukum bagi para hambanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kami mengharapka koreksi dan komentar anda